Kamis, 17 November 2016

Kembangkan Batik Malinau

 Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Malinau saat ini sedang menyeriusi pengembangan batik Malinau sebagai salah satu wujud ekonomi kreatif. Secara bertahap, pengembangan itu terus dilakukan sejak dua tahun lalu dengan memberi pembinaan kepada para perajin.
 
Menurut Sugianto selaku instruktur batik dari Balai Besar Kerajinan Batik (BBKB) Jogjakarta, batik Malinau bisa dibilang memiliki prospek pasar yang bagus. Dia menegaskan, perajin tidak perlu khawatir soal persaingan batik dari luar daerah. Karena menurutnya, semua daerah memiliki ciri khas batik dan semuanya itu akan menambah khazanah batik Indonesia.
Di Malinau, keistimewaan itu terletak pada motif Dayak dan ada juga ciri khas daerah yang bermakna dan sangat unik. Misalnya motif burung enggang, gerawet dan puluhan motif lainnya. “Bagus kalau Malinau juga bisa mengenalkan kekhasan daerahnya melalui motif batik. Mungkin saja Malinau masih mempunyai kekhasan lain, bisa juga dijadikan motif dan pasti itu sangat bernilai,” ujar Sugianto saat berada di pusat kerajinan batik Malinau, Jl Raja Pandhita, Tanjung Belimbing Sugianto dan dua rekannya berada di Kabupaten Malinau sekitar 20 hari. Kedatangan mereka atas undangan Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi (Disperindagkop-UMKM) Kabupaten Malinau untuk memberi pelatihan membatik kepada para perajin di Malinau. Pelatihan ini bekerjasama dengan tim Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Malinau.
Sebenarnya para perajin sudah pernah mendapat pelatihan yang sama pada 2014 lalu, saat awal-awal batik Malinau mulai dikembangkan. Pelatihan ini kembali dilakukan untuk lebih mempertajam kemampuan membatik para perajin. Sugianto menilai, selama memberi bimbingan, para perajin nampak sangat antusias. Berpengalaman selama 30 tahun bergelut dengan batik, Sugianto sangat mengenal seluk beluk batik.
 Dia menilai, soal motif, batik Malinau sudah mantap. Hanya saja, kelemahan para perajin Malinau adalah soal teknik pewarnaan. “Perajin itu harus berani bermain warna supaya serasi. Jangan salah-salah, kalau cocok dengan warna merah misalnya, ya harus dipertajam warnaya itu,” ulasnya.
Sementara itu, Beti sebagai pengembang batik asal Desa Pulau Sapi, Kecamatan Mentarang, mengaku pelatihan yang diadakan Disperindagkop ini sangat membantu menambah wawasan para perajin di Malinau. Dituturkan Beti, sulit dibayangkan saat mulai menggeluti batik akhir 2014 lalu dan akhirnya bisa seperti sekarang ini. Usaha batik miliknya laris manis dan tenaga perajin yang dimilikinya sampai kewalahan melayani permintaan pelanggan. Sebabnya, bisa jadi karena Pemkab Malinau mencoba mendorong dengan mewajibkan memakai batik daerah bagi para aparaturnya.
Dia berharap, para perajin batik lainnya tidak akan pernah berpikir untuk berhenti berkarya. “Saya pesan kepada rekan-rekan, tekuni dan tekuni. Dulu saat memulai bisnis, saya juga bergerak pelan-pelan, dan hasilnya baru kelihatan sekarang. Saya yakin batik ini akan menjadi saham bagi Kabupaten Malinau ke depan,”urainya.
Secara khusus ia pun menyampaikan terima kasih kepada Disperindagkop-UMKM Kabupaten Malinau yang gencar turun ke lapangan untuk memberi pembinaan kepada masyarakat yang bergerak di bidang ekonomi kerakyatan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar